#kalahkanjokowi
#asalbukangibran
Saya harus katakan. Malam tadi Gibran memamerkan adat-istiadat yang asli. Hal yang tentu saja dia gugu dan peroleh dari lingkungan keluarga yang melahirkan dan membesarkannya.
Berbagai ketidakpantasan etika dan kesantunan yang sejatinya merupakan warisan peradaban leluhur bangsa kita, begitu saja dia porak-porandakan. Sebab, hajatan debat calon wakil presiden — orang kedua yang bakal terpilih mendampingi pemimpin tertinggi bangsa besar Indonesia yang majemuk ini — semestinya sakral dan terhormat.
Bukankah 3 calon wakil presiden yang berdiri di tengah arena perdebatan malam tadi, mestinya adalah putra-putra terbaik bangsa kita?
Bahwa hari ini sebagian besar masih tak cukup berpendidikan untuk memaklumi pokok masalah yang semestinya diperdebatkan, adalah satu hal. Tapi semua itu bukan — dan tak boleh digunakan — sebagai alasan pembenaran, untuk mengelabui pembayar pajak yang membiayai dan menyaksikannya. Lewat pertanyaan, jawaban, dan pernyataan tak bermutu, tak bermakna, bahkan tak beretika.
Gibran memang sangat ingin memenangkan kontestasi pemilihan presiden dan wakil presiden kali ini. Karena ayahnya terlalu banyak menitipkan taruhan yang harus dia menangkan. Maka Joko Widodo dan Iriana mustahil menamai anak sulungnya itu, gara-gara terinsipirasi nama Kahlil Gibran. Pujangga dengan sejumlah karya abadi yang selalu menginspirasi umat manusia. Seperti salah satu cuplikan di bawah ini:
“Anakmu bukanlah anakmu. Mereka adalah putra putri kerinduan kehidupan terhadap dirinya sendiri. Mereka terlahir lewat dirimu, tetapi tidak berasal dari dirimu. Dan, meskipun mereka bersamamu, mereka bukan milikmu.”
— terjemahan Sapardi Djoko Darmono pada buku The Prophet, Kahlil Gibran, yang kemudian diberinya judul sebagai Almustafa.
Siapa yang menyangka pasangan Joko Widodo dan Iriana begitu tega menghancurkan masa depan anaknya sendiri, jika mereka berdua memang sungguh paham dan mengetahui makna puisi Kahlil Gibran tersebut?
Saya duga, bukan nama sastrawan kelahiran Lebanon yang kemudian menghabiskan sebagian besar hidupnya di Amerika Serikat itu, yang jadi inspirasi pasangan Joko Widodo dan Iriana. Mungkin Gibran lain yang entah siapa dan tak jelas dari mananya.
* * * * *
Tadi malam, Gibran sang nepo-baby Joko Widodo dan Iriana, dengan enteng dan begitu saja menghancurkan harapan suatu bangsa yang sedang bersiap menggunakan hak pilihnya, dalam tiga minggu mendatang.
Masyarakat yang berpikiran normal, tak mungkin mengikhlaskan pajak-pajak yang mereka bayar, sekedar untuk membiayai dagelan tak lucu, tak mutu, dan tak beretika yang dipertontonkan si Gibran tadi malam !!!
Inilah hutang tak tertanggungkan kepada seluruh bangsa Indonesia yang harus saya pikul seumur hidup. Karena pernah mempertaruhkan akal, fikiran, pengetahuan, maupun pengaruh pribadi yang saya miliki, untuk menganjurkan, mendorong, memilih, dan mendukung Joko Widodo.
Kesalahan itu memang tak pantas diampuni pun dimaafkan. Karena telah turut serta memudahkan kerusakan bagi perjalanan bangsa ini hingga seseorang yang berkualitas seperti Gibran Rakabuming Raka, tampil resmi di panggung calon wakil presiden republik ini. Untuk menghambur-hamburkan uang pajak rakyat yang dikumpulkan lewat pengorbanan darah dan airmata mereka. Hanya sekedar memamerkan dagelan tak pantas, tak lucu, tak mutu, tak bermoral, dan tak beretika. Seperti yang kita saksikan tadi malam.
Maka dengan segala hormat dan sepenuh jiwa maupun raga yang tersisa saat ini, saya mohon dan sangat berharap kepada segenap kerabat, handai tolan, sahabat, dan rekan-rekan sekalian menggunakan hak pilih tanggal 14 Februari nanti berdasarkan prinsip:
#kalahkanjokowi
#asalbukangibran
Jilal Mardhani — 22 Januari 2024