KATA RELAWAN

#kalahkanjokowi
#asalbukangibran

Saya harus katakan. Malam tadi Gibran memamerkan adat-istiadat yang asli. Hal yang tentu saja dia gugu dan peroleh dari lingkungan keluarga yang melahirkan dan membesarkannya.

Berbagai ketidakpantasan etika dan kesantunan yang sejatinya merupakan warisan peradaban leluhur bangsa kita, begitu saja dia porak-porandakan. Sebab, hajatan debat calon wakil presiden — orang kedua yang bakal terpilih mendampingi pemimpin tertinggi bangsa besar Indonesia yang majemuk ini — semestinya sakral dan terhormat.

Bukankah 3 calon wakil presiden yang berdiri di tengah arena perdebatan malam tadi, mestinya adalah putra-putra terbaik bangsa kita?

Bahwa hari ini sebagian besar masih tak cukup berpendidikan untuk memaklumi pokok masalah yang semestinya diperdebatkan, adalah satu hal. Tapi semua itu bukan — dan tak boleh digunakan — sebagai alasan pembenaran, untuk mengelabui pembayar pajak yang membiayai dan menyaksikannya. Lewat pertanyaan, jawaban, dan pernyataan tak bermutu, tak bermakna, bahkan tak beretika.

Gibran memang sangat ingin memenangkan kontestasi pemilihan presiden dan wakil presiden kali ini. Karena ayahnya terlalu banyak menitipkan taruhan yang harus dia menangkan. Maka Joko Widodo dan Iriana mustahil menamai anak sulungnya itu, gara-gara terinsipirasi nama Kahlil Gibran. Pujangga dengan sejumlah karya abadi yang selalu menginspirasi umat manusia. Seperti salah satu cuplikan di bawah ini: