Akibat kalahnya ke 2 paslon yang mengikuti pilpres kemarin, sontak membuat pendukung dari ke 2 paslon tersebut menghina & memaki Panglima Tertinggi yang masih aktif baik dengan tulisan & stiker. Ini tentunya sudah tidak dapat di benarkan dari sudut pandang maupun kacamata apapun.
Hal ini berawal dari salah seorang oknum penegak hukum muda yang secara terus menerus memprovokasi semua anggota WhatsApp Group dengan dalil-dalil nya. Sebut saja inisial oknum tersebut ST (33 th) yang memiliki perusahaan hukum di bilangan jakarta pusat.
ST dalam setiap aksinya selalu memancing kegaduhan karna paslonnya kalah.
Padahal ST sudah memiliki profesi yang dimana profesinya tersebut melarang berpolitik. Ini yang membuat suasana WAG yang tumbuh & berdiri karna rumpun kekeluargaan menjadi tidak lagi steril.
ST berkali-kali dengan sengaja memasukkan orang-orang yang tidak diketahui asal-usulnya, tidak di ketahui visi misi nya & tidak di ketahui apa tujuannya sehingga membuat WAG profesi hukum tersebut saban hari berisi cacian, hinaan & sumpah serapah.
Mungkin maksud dari ST baik menurut kacamatanya. Tapi belum tentu baik untuk rakyat miskin yang tidak memiliki profesi tetap, tidak bergabung dengan parpol & tidak punya kepentingan.
Inilah yang membuat ST terlihat arogan. Di mata rekan se profesi.
Sebaiknya sudah tepat jika Organisasi Profesi tempat ST mencabut izin profesinya agar pindah ke jalur politik, sehingga tidak menciderai profesi lain.