Jika hari ini, masih ada klaim bahwa “Gibran adalah pembuka jalan bagi anak muda untuk memimpin bangsa”, argumen seperti itu adalah kesemberonoan. Karir politik Gibran yang mulus membuka lebar-lebar, sekali dan berkali-kali, potret ketimpangan anak-anak muda di Indonesia. Sebagian besar orang-orang muda di Indonesia berjuang dengan keringat darah untuk dapat mencapai puncak, itu pun sering berakhir dengan sia-sia. Faktanya, angka pengangguran, bunuh diri, dan kemiskinan orang muda di Indonesia makin meningkat. Hasil penelitian SMERU Institute 2019 membuktikan itu: anak-anak yang lahir dari keluarga miskin cenderung tetap miskin sampai dewasa, dengan penghasilan 87% lebih rendah di bawah anak-anak elit yang punya akses segalanya.
Sekali lagi, “Gibran bukan simbol kemerdekaan orang muda; tapi Gibran adalah simbol ketimpangan sosial, simbol para pemenang yang angkuh, dan simbol cacat moral yang menjangkiti mereka yang bertengger di atas.” Hari ini, hanya orang sakit jiwa yang menganggap Gibran adalah perwakilan kaum muda. Tidak. Gibran bukan wajah kaum muda Indonesia. Gibran adalah setapak tangan raksasa yang dengan pongah menampar dan mempermalukan wajah-wajah dekil jutaan anak-anak muda yang nasibnya tidak jelas di Indonesia. Gibran adalah anak muda tetapi fisiknya saja; psikologinya adalah psikologi elit-elit tua, pemain-pemain lama, yang haus kekuasaan, munafik, dan rakus. Sekali lagi, kita tak kuasa mengadilinya (siapalah kita orang-orang biasa ini??). Memang bukan kita, saudara-saudara, tetapi sejarah. Sejarah akan mengadilinya.
Bagi saya, mendukung Gibran adalah mendukung cacat moral dan cacat nalar demokrasi. Orang-orang muda yang mendukung Gibran adalah kumpulan para pemuja infantil yang kesadaran kritisnya sudah dikebiri. Gibran adalah salah satu musuh terbesar semangat sumpah pemuda hari ini. Gibran membalik sejarah, melawannya, mempecundanginya: apa yang kita sebut nasionalisme sipil hari ini, nasionalisme inklusif, sudah diruntuhkan oleh politik keluarga melalui berbagai skema nepotisme dan kejahatan-kejahatan lainnya. Gibran adalah salah satu pemain di dalamnya.