Polri Kini Di Ujung Tangan Listyo Sigit Prabowo

 

Pol-RI kini berada di ujung tangan Kapolri Listyo Sigit Prabowo, bagaimana tidak? Hal ini tercipta setelah Kementrian Dalam Negri yakni Tito Karnavian menolak dengan keras Pol-RI akan di taruh di bawah Kementrian Dalam Negri.

Kemendagri Tito Karnavian mengatakan; “POL-RI di bawah Presiden langsung adalah buah dari reformasi, tidak bisa di rubah untuk di taruh dalam kementrian.”

Namun berbeda dengan di lapangan, berkali-kali kepolisian mendapat rapor merah dari rakyat yang menggaji dan memfasilitasi kepolisian republik indonesia. Listyo Sigit Prabowo sebagai Kepala Kepolisian Republik Indonesia seperti tidak mampu menjaga baik institusinya sendiri.

Pengamat pemerhati Rakyat, Aparat & Pejabat Negara,  Andy Roganda  mengatakan; “sepertinya waktu Listyo Sigit Prabowo mengenakan baju loreng di hari ulang tahun psukan khusus, cukup memberikan sebagai tanda/ kode bahwa Pol-RI kedepan akan kembali di taruh di bawah TNI atau di gabung kan. Karena peristiwa komandan aparat sipil mengenakan baju aparat militer ini tidak pernah terjadi.”

Hal itu menimbulkan pertanyaan bagi rakyat sebagai majikan. Jika ini benar adanya, maka tamatlah nama Listyo Sigit Prabowo di depan semua prajurit & purnawirawan POLRI. Karena di anggap tidak mampu memperjuangkan tegak institusinya.

“Bagaimana tidak ? Beliau ini kan dulu, saya yang paksa untuk segera di lantik. Setelah 2 (dua) partai politik berbasis agama menentangnya dengan keras. Saya yang teriak untuk segera di lantik, jika tidak. Saya menyuruh Beliau untuk datang kerumah saya, agar saya lantik di depan rumah saya. Kenapa? ”

“Karena saya ingin melanjutkan amanah dari Alm. Mayjend George Toisutta yang mengatakan beri jalan buat Pak Prabowo cok, dia orang baik. Hal ini terjadi lewat telepon seluler milik senior saya, Abang Iwan putera salah satu Jendral di masa Jendral Soedirman masih aktif dan beberapa perwira menengah TNI di Subang, Jawa Barat. Pada saat saya mendampingi salah satu keturunan Raja Jawa Barat.”

” Saya dululah orang pertama dan satu-satunya yang mendukung George Toisutta jadi Presiden secara Independen karena saya lihat betapa idealisnya beliau.”

Karena lewat nama belakang Listyo Sigit inilah, cikal bakal Prabowo ini nantinya akan terdengar akrab di masyarakat. Dengan begitu, walau saya tidak berhasil meng-endorse Pak Jos jadi Presiden, minimal saya berhasil menjalankan amanah Pak Jos untuk Pak Prabowo Subianto jadi penerus kepemimpinan Ir Joko Widodo di mode ON nya; Cipkon Ya.

Untuk itulah selang beberapa jam beliau di panggil dan di lantik untuk jadi Kapolri.

Kembali, ke POL-RI jika Listyo Sigit Prabowo tidak bisa menjaga nama baik Institusi POL-RI untuk tetap berdiri dengan kakinya sendiri sebaiknya angkat bendera putih. Tidak cukup hanya mengatakan;

Steatment ini viral dan sempat membuat gaduh di seluruh seantro negri. Entah yang di maksud kepala nya oleh Kapolri ini siapa ? Apakah Listyo Sigit Prabowo takut kepada senior di atasnya dengan membuat pernyataan demikian atau memang justru mau cuci tangan dari bau ikan yang lengket tersebut.

Jika tidak mampu, tinggal hubungi, karena saya sendiri punya beberapa calon yang mumpuni. Seperti Leonardus  yang menjabat sebagai Direktur Hukum di Polda Metro Jaya sekarang ini. Dengan harapan, di tangan beliau Pol-RI tidak perlu bergabung di bawah TNI. Tapi cukup di revolusi sistem dan mekanismenya.

Semua petinggi POL-RI sampai ke prajurit di tarik kembali ke barak, tanpa kecuali. Biar saya yang mendidik dan membina. Selayaknya Abdi Dalem di keraton, yang bekerja tanpa di gaji dan tanpa bisnis. Cukup. Jika keberatan dan tidak menerima, langsung beri pangkat terakhir yang paling bawah yaitu banpol apapun pangkat dan jabatannya. Tanpa duit pensiun dan fasilitas apapun.

Bagi yang bersedia dan mengikuti kehendak rakyat yang adalah negara tidak usah khawatir dengan masa depan putra-putri nya akan mendapatkan pendidikan gratis di sekolah (wajib) nasionalis sampai bekerja. Pensiun pun akan mendapatkan fasiltas gratis bagi pasangan suami istri.

Kenapa hal ini harus di lakukan ? Karena rakyat biar bagaimanapun membutuhkan aparat sipil. POL-RI bukan milik para petinggi kepolisian. Bukan juga milik partai politik yang berkuasa. Rakyat tidak butuh aparat sipil yang klimis ganteng dan modis. Yang rakyat butuhkan adalah polisi yang betul-betul jadi pelayan masyarakat.

Bukan sebagai pelayan mafia yang beberapa waktu lalu viral lagi polisi tembak polisi karena melindungi tambang milik temannya. Ini kesalahan bukan hanya pada si pelaku yaitu AKP Dadang, melainkan sudah sistem dan mekanismenya seperti itu.

Kalau di kumpulkan harta di luar gaji pejabat dan aparat di negara ini, saya sudah hitung. Tidak ada 1 (satu) pun orang yang kekurangan berat badan dan tidak punya rumah sendiri.

Contoh yang terjadi sama klien saya, ketika membuat laporan di polda karna klien saya menjadi korban penipuan. Sampai detik ini, titik terang pemanggilan dari pihak penyidik saja belum ada kabar. Bagaimana duit yang sudah di transfer gak di habisin sama para pelaku? Kalau begini jadinya, mau sampai kapan pun tidak ada perubahan.

Memang siapa di negara ini yang tidak berbisnis alias idealis ? Yang saya tau, cuma Mayjend George Toisutta & ajudannya di Korem 051 WKT pada saat beliau menjabat disitu.

Namun begitu. Saya adalah orang satu-satunya yang menolak di negara ini, jika POLRI harus kembali ke TNI. Itu bukan jalan yang terbaik, karena yang ada nantinya hanya ngabisin duit negara. Buat apa ?

Saya masih berharap POLRI akan bisa menjadi seperti yang rakyat inginkan, yakni menjadi Abdi Rakyat 100%.

 

 

Tinggalkan Balasan