TEKS PROKLAMASI KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA 17 AGUSTUS 1945 DISUSUN DI RUMAH PETANI KETURUNAN, DIALAH YANG BERNAMA: DJIAW KIE SIONG
Mari, kita selidiki dan tulis sejarah bangsa Indonesia yang benar, jujur dan adil, dan kita jangan mewarisi dan menikmati sejarah yang dipalsukan dan direkayasa penguasa Indonesia yang berwatak rasis dan fasis
Oleh Gembala Dr. Ambirek G. Socratez Yoman
Saya merasa terpanggil dengan tanggungjawab moral untuk mengangkat harkat, martabat, harga diri dan kehormatan rakyat keturunan China/Tionghoa yang korban diskriminasi rasial yang paling kejam, tidak adil dan tidak manusiawi selama ini.
JUJUR, tulisan ini bukan hasil karya saya. Ini hasil karya orang-orang hebat dari awak media Kompas.com. Saya tertarik dan kompilasi karya-karya hebat ini dan dibagikan ke publik, supaya seluruh rakyat Indonesia perlu belajar kebenaran sejarah yang dilupakan, digelapkan dari sejarah perjuangan kemerdekaan Negara Republik Indonesia 17 Agustus 1945.
Silvita Agmasari, Sri Anindiati Nursastri, Wahyu Aditjo Projo, Jonathan Adrian, I Made Asdhiana menulis sejarah ini sangat baik.
Judul yang ditulis masing-masing:
(1) 17 Agustus: Mengenang Rumah Petani Tionghoa, Tempat Penyusunan Teks Proklamasi di Rengasdengklok (pada 16 Agustus 2019).
(2) Saksi Bisu Teks Proklamasi di Rengasdengklok (5 September 2015).
Rengasdengklok tidak bisa dilepaskan dari Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia, 17 Agustus 1945. Pada 16 Agustus 1945, Bung Karno dan Bung Hatta dijemput oleh para pemuda kelompok Menteng 31, yakni Soekarni, Shodancho Singgih, Jusuf Kunto, dan tokoh-tokoh lainnya.
Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat. Ikut serta dalam rombongan istri Soekarno, Fatmawati, dan putranya yang masih bayi, Guruh Soekarnoputra. Rencananya mereka akan dibawa ke markas PETA (Pembela Tanah Air), namun rombongan singgah di sebuah rumah milik Djiauw Kie Siong.
“Soekarno dan Hatta datang pagi hari ke rumah Djiauw Kie Siong. Kenapa datang ke sini? Karena rumah ini tak mencolok. Rencana awalnya itu tempat kumpulnya di markas PETA. Dipilih rumah Djiauw ini karena jauh dan tertutup rimbun pohon”.
Di rumah tersebut, teks Proklamasi di susun. Rencanaya Proklamasi juga akan dibacakan di tempat itu, dan upacara bendera sudah diadakan. Namun, pembacaan proklamsi batal karena Ahmad Subardjo datang dan mengundang Soekarno-Hatta membacakan teks di Pegangsaan Timur. Akhirnya teks proklamasi dibacakan tanggal 17 Agustus 1945.
Saat kejadian itu, Babah Djiauw tidak berada dia rumah. Dia membiarkan rumahnya digunakan untuk menyusun proklamasi. Dia memilih pergi keluar rumah bersama keluarganya”. Djiauw Kie Siong adalah seorang petani yang tinggal di sekitar Sungai Citarum. Ia menanam singkong, timun, kacang, dan terong yang dijual kepada tengkulak yang datang saat musim panen.
Petani Djiauw Kie Siong adalah warga keturunan Tionghoa Hakka yang lahir sekitar tahun 1880 di Desa Pacing, Sambo Karawang. Menurut Yanto Djuhari, cucu dari Djiauw Kie Siong, kakeknya memiliki sawah seluas 2 hektare.
Kakek sih petani dan pedagang juga. Kakek bertani sawah dan berladang palawija. Dulu kakek punya sawah sekitar dua hektar. Kakek sudah bertani lebih dari 20 tahun sejak 1930,” kata laki-laki yang memiliki nama Tionghoa Djiaw Tiang Lin.
Dikisahkan Djiauw Kie Siong memiliki 9 sembilan anak dan hidup dua bersaudara. Selain petani dan pedagang, Djiauw Kie Siong tergabung sebagai anggota PETA (Pembela Tanah air) dan ia mendapat pangkat di PETA.
Selamat membaca. Tuhan Yesus memberkati.
Ita Wakhu Purom, 14 Agustus 2023
Yang membagikan:
1. Presiden Persekutuan Gereja-gereja Baptis West Papua (PGBWP).
2. Anggota: Dewan Gereja Papua (WPCC).
3. Amggota: Konferensi Gereja-gereja Pasifik (PCC).
4. Anggota Baptist World Alliance (BWA).
__________
Nomor HP/WA: 08124888458/// 08128888712